PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PROSES PENDEWASAAN ANAK
Tidak jarang ditemui dalam masyarakat kita
adanya pola asuh yang beragam oleh orang tua. Perbedaan pola asuh orang tua
ternyata dapat mempengaruhi perkembangan anak. Dalam tulisan ini akan membahas
lebih jauh mengenai faktor keluarga, terutama orang tua, yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak terutama perkembangan dalam pendewasaan anak. Orang
tua adalah aktor utama yang berperan penting dalam proses pendewasaan anak.
Orang tua secara sadar wajib membimbing anak
hingga mencapai arah kedewasaan, baik kedewasaan fisik maupun kedewasaan
pemikiran, dengan harapan agar di masa mendatang anak mampu mandiri dan tanpa
tergantung kepada orang lain, termasuk kepada orang tua. Oleh sebab itu, baik
ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai kepala rumah tangga selalu
berusaha untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut. Namun kenyataan menunjukkan,
belum seluruhnya orang tua bisa melaksanakan peran dan fungsi tersebut dengan
baik. Ketidakmampuan dalam melaksanakan peran dan fungsi ini di antaranya
disebabkan oleh kesibukan kedua orang tua untuk bekerja di luar rumah, sehingga
orang tua tidak sepenuhnya memiliki waktu guna memberikan perhatian dan pola
pengasuhan kepada anak.
Pola asuh adalah tata sikap atau perilaku yang digunakan orang tua untuk
mendidik atau merawat anaknya. Menurut Hurlock (2005: 44), pola asuh
orang tua adalah interaksi aturan, norma, tata nilai yang berlaku pada
masyarakat dalam mendidik dan merawat anak-anaknya.
A. Macam-macam pola asuh
Menurut
Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua yaitu
1. Pola asuh Demokratis
2. Pola asuh Otoriter
3. Pola asuh Permisif
4. Pola asuh Penelantar.
Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
1. Pola asuh Demokratis
2. Pola asuh Otoriter
3. Pola asuh Permisif
4. Pola asuh Penelantar.
Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh
otoriter sebaliknya
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi
dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak
bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum.
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang
tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal
kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini
tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
Pola asuh
Permisif biasanya pola asuh ini memberikan
pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Pola asuh
Penelantar. Orang tua
tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka,
seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka.
Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada
ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan
perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
B. Pangaruh Pola Asuh Orangtua
Pola asuh
demokratis akan
menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Berdasarkan penjelasan di atas menurut saya tipe pola asuh yang baik untuk pendewasaan anak adalah tipe pola asuh demokratis karena pada pola asuh demokratis anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, bertanggung jawab, adaptif, kreatif, mampu menghadapi strees, dan pada pola asuh ini anak cenderung berfikir positif.
C. Faktor-faktor pendorong pola orang
tua terhadap proses pendewasaan anak
1. Faktor pendidikan
Pendidikan yang
baik merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia ( human
resource ), dan sumber daya manusia itu terbukti menjadi faktor determinan
bagi keberhasilan bagi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.
2. Faktor keagamaan
Dalam rangka
mencapai keselamatan anak usia dini, agama memegang peranan penting. Maka orang
tua yang mempunyai dasar agama kuat, akan kaya berbagai cara untuk melaksanakan
upaya terbaik baik psikis maupun fisik terhadap anak.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan juga
faktor yang sangat kuat mempengaruhi upaya orang tua secara psikis dan fisik
terhadap anak usia dini. Pengaruh lingkungan ada yang baik dan ada yang
buruk. Ketiga faktor tersebut seperti pendidikan keagamaan dan lingkungan
merupakan faktor yang melatarbelakangi adanya upaya spiritual
( psikis ) dan
fisik yang dilaksanakan oleh orang tua dalam rangka memperoleh generasi yang
unggul. Jadi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap upaya secara
psikis dan fisik baik yang menafaskan agama maupun tradisi.
Menurut konsep Hukum Perdata Seseorang dikatakan dewasa ada 2 macam, yaitu pendewasaan
penuh dan pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas).
Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk pendewasaan
penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh.
Sedangkan untuk pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah
berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426 KUHPerdata).
Secara
psikologi dewasa adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir
usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia
tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi,
masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan,
belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh
anak anak
Secara ekonomi
Seseorang dikatakan dewasa yaitu keetika seseorang bisa membiayai hidupnya
sendiri tanpa meminta dari orang lain, dia sudah bisa mendapatkan penghasilan
dari jerih payahnya.